| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Thursday 27 November 2014

HAL-HAL YANG WAJIB ANDA KETAHUI TENTANG TUBERCULOSIS (TB) DAN CARA MELAWANNYA



Tuberculosis (TB/ TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini termasuk penyakit menular. Penularannya bisa melalui udara yaitu percikan dahak penderita TB yang terbawa angin dan terhirup secara tidak sengaja ketika penderita TB batuk ataupun bersin. Kuman TB ditularkan melalui droplet infection (partikel kecil yang keluar saat pasien TB batuk atau bersin). Partikel paling banyak dikeluarkan saat penderita TB bersin (bisa sampai 4500), sedangkan saat penderita TB batuk dapat mengeluarkan partikel sampai dengan 3500.

Ketika seorang penderita TB bersin, batuk, atau meludah mereka dapat memercikkan kuman penyebab TB tersebut dan orang lain bisa saja menghirupnya. Namun penularannya tidak semudah yang banyak diduga orang. Berpapasan, berjabat tangan, berbincang-bincang, serta makan dan minum bersama tidak membuat kuman ditularkan. Karena partikel yang dikeluarkan juga sangat sedikit.

Penularan TB terjadi melalui kontak erat dalam jangka waktu cukup lama. Selain itu yang perlu diingat adalah bahwa seseorang yang tertular kuman TB belum tentu sakit TB. Kuman TB dapat menjadi aktif selama bertahun-tahun dengan membentuk suatu dinding sel berupa lapisan lilin tebal. Bila sistem kekebalan tubuh menurun kemungkinan terjangkit penyakit TB sangat besar. Selain kondisi tubuh, life style dan lingkungan tempat tinggal seseorang juga memberikan pengaruh. 

                  
KELOMPOK YANG RENTAN TB
Kelompok yang rentan terjangkit penyakit TB diantaranya:
1.    Kelompok anak-anak, terutama pada usia Balita (di bawah lima tahun)
2.    Kelompok yang mengalami gejala klinis TB; misalnya demam, berkeringat saat malam, nafsu makan menurun, berat badan berkurang, dan kecapekan
3.    Kelompok yang menderita penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh seperti HIV/ AIDS
4.    Kelompok yang kontak dengan pasien TB
5.    Kelompok ibu hamil
6.    Kelompok yang bertempat tinggal di daerah yang sanitasinya rendah

Dalam kaitannya dengan risiko infeksi, rokok dinilai dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga perokok lebih rentan tertular TB.
Prof. Ali Gufron Mukti selaku Wakil Menteri Kesehatan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013, mengatakan sel-sel pernapasan pada orang merokok rentan mengalami gangguan atau kerusakan. Bagi sistem ketahanan tubuh, gangguan dan kerusakan itu membuat seseorang rentan tertular infeksi apapun termasuk TB.
Prof. Gufron mengaku tidak tahu persis berapa persen prevalensi penderita TB yang disebabkan oleh rokok. Namun berbagai penelitian ilmiah telah banyak mengaitkan risiko penularan TB dengan kebiasaan merokok, baik perokok aktif maupun pasif.

Mengenai kebijakan tentang KTR (Kawasan Tanpa Rokok), Prof. Gufron mengakui belum semua daerah punya regulasi atau peraturan yang tegas soal pembatasan aktivitas merokok. Walaupun begitu asosiasi walikota dan bupati punya deklarasi untuk mendorong tumbuh kembangnya KTR.  

Daerah yang padat penduduknya, seperti di Indonesia terutama bagian barat, menjadi wilayah yang rentan terjadi penularan TB.
Memang belum ada penelitian yang spesifik mengenai hal ini namun kepadatan penduduk memberi peluang besar penularan TB. Bakteri penyebab TB (Mycobacterium Tuberculosis) juga cepat menular di lingkungan dengan sumber udara terbatas, misalnya ruangan berpendingin udara yang tertutup rapat.

Yang perlu diingat, TB tidak selalu berada di daerah miskin. Selain rumah yang kotor dan padat penduduk, rumah dengan jumlah penghuni yang banyak juga memudahkan penyebaran penyakit TB.
Ketua Forum Stop TB, Arifin Panigoro mengungkapkan bahwa penelitian mengenai lingkungan tempat kuman TB tumbuh serta pencegahannya akan terus dilakukan. Daerah Indonesia Timur menjadi sasaran untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat  khususnya Halmahera Utara, Papua Barat dan Merauke.


GEJALA & DIAGNOSA TB
Sebenarnya tidak ada gejala yang berhubungan dengan TB aktif. Hanya saja ini jika sistem kekebalan tubuh seseorang melemah, gejala yang muncul ketika infeksi TB akan berkembang secara bertahap dan mungkin akan butuh waktu beberapa minggu sebelum kita tahu kalau penyakit yang kita derita adalah TB.

Bakteri TB umumnya terjadi di paru-paru, namun dapat pula menginfeksi setiap organ lain seperti ginjal, kelenjar getah bening, tulang, dan sendi dalam tubuh.

Gejala umumnya bisa kita ketahui yaitu:
Batuk berdahak dalam waktu lama tidak sembuh-sembuh (dua minggu atau lebih).
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk darah, dahak berwarna hijau, kuning, atau bercampur darah; disertai nyeri dada, sesak nafas, badan lemas, kelelahan, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, menggigil, dan demam meriang lebih dari satu bulan.

Sementara gejala TB pada anak ditandai dengan demam (meski tidak tinggi), anoreksia, berat badan tak sesuai, gangguan gizi, lemah, lesu, dan lamban.
Dokter spesialis anak, Tjatur Kuat Sagoro, Sp.A menyarankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosa TB pada anak.

Diagnosis TB bisa dilakukan dengan X-ray, analisis dahak (BTA dan biakan), tes kulit, dan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi materi genetik dari penyebab bakteri TB.


DATA KASUS TB
Tingkat prevalensi penderita TB di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per 100.000 penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100.000 penduduk. Bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011 mengenai TB di Indonesia.

Laporan tersebut juga meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TB meningkat 8,46% dari 744 penderita TB di 2010 menjadi 807 per 100.000 penduduk di 2011. Namun kabar baiknya angka kesembuhan pada 2011 mencapai target sebesar 83,7% dan angka keberhasilan pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3%.

Melalui data tersebut menunjukkan bahwa tiap tahunnya penderita TB meningkat secara siginfikan.

Peningkatan ini sejatinya harus disikapi dengan berbagai tindakan, baik preventif maupun kuratif oleh segenap masyarakat. Masalah kesehatan harus disadari oleh setiap orang, termasuk soal TB.
 
Dalam paparannya, Dirjen PP dan PL menegaskan, karena besarnya permasalahan yang diakibatkan TB, maka TB tercakup sebagai salah satu indikator keberhasilan program MDG’S. Indikator MDG’s untuk TB yang harus dicapai Indonesia yaitu menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat TB menjadi setengahnya pada tahun 2015, dibandingkan dengan kondisi tahun 1990.
Menurut Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P., MARS, hampir semua target MDG’S untuk TB di Indonesia sudah tercapai.

Pencapaian target MDG’s untuk TB yaitu:
-Kejadian TB semua kasus per 100.000 penduduk yaitu 206 pada tahun 1990 menjadi 185 pada tahun 2012 (sudah tercapai);
-Prevalensi TB semua kasus per 100.000 penduduk yaitu 443 pada tahun 1990 menjadi 297 pada tahun 2012 (belum tercapai);
-Angka kematian TB per 100.000 penduduk yaitu 92 pada tahun 1990 menjadi 27 pada tahun 2012 (sudah tercapai);
-Angka penemuan kasus TB (CDR) yaitu 19,7% pada tahun 2000 menjadi 83% pada tahun 2012 (sudah tercapai);
-Dan angka keberhasilan pengobatan TB (SR) yaitu 87% pada tahun 2000 menjadi 90% pada tahun 2012 (sudah tercapai).

Walaupun sudah ada kemajuan, namun beban permasalahan TB di Indonesia masih cukup besar, yaitu angka kematian 67.000 per tahun dan angka insidensi 460.000 per tahun.

Bahkan di tahun 2016 ini peringkat negara Indonesia menduduki posisi ke-4 berdasarkan jumlah penderita TB terbesar di dunia setelah China, India dan Afrika Selatan.

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan, setiap tahunnya terdapat 450 ribu kasus baru. Kondisi tersebut ditambah dengan peningkatkan kasus HIV sehingga memicu peningkatkan infeksi TB-HIV.
Untuk menekan angka kematian dan kasus baru TB,
Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2050 Indonesia sudah bisa bebas TB.

  
PROGRAM PEMERINTAH & DUNIA UNTUK MELAWAN TB
Upaya untuk memberantas penyakit TB sebenarnya sudah menjadi gerakan dunia.
Terkait banyaknya kasus TB di dunia yang mengkhawatirkan maka World Health Organization (WHO) menerapkan program penanggulangan TB di seluruh dunia.
Menyadari bahwa faktor biaya adalah penghambat utama pengobatan, maka salah satu program WHO adalah pemberian obat secara gratis. Selain gratis, obat TB mutunya telah terjamin. Terbukti telah digunakan secara international oleh WHO.
Di Indonesia, pengobatan TB secara gratis terdapat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4).


PENCEGAHAN & PENGOBATAN TB
Vaksinasi BCG merupakan salah satu cara untuk melindungi dari kemungkinan terkena TB berat, yaitu TB di selaput otak (meningitis) dan TB menyeluruh di paru. Namun faktanya vaksinasi ini belum bisa menjamin 100% bebas TB.
Kembali lagi pada kondisi tubuh, jika daya tahan tubuh lemah, TB akan mudah menyerang. TB bisa dicegah sejak dini dengan bergaya hidup sehat. Karena dengan pola hidup yang sehat membuat daya tahan tubuh semakin kuat. Dan dengan daya tahan tubuh yang kuat akan mampu menyingkirkan segala penyakit, termasuk TB.

Berhenti merokok, makan makanan sehat bergizi, berolahraga, beristirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar serta memperbanyak akses udara sangat penting untuk pencegahan TB.

Sering dikatakan bahwa pengobatan TB cukup berat karena basil TB memang tergolong basil yang kuat. Butuh setidaknya 6 bulan pengobatan non stop agar pasien benar-benar sembuh. Bila seseorang telah menderita TB, pasien harus minum obat secara rutin selama minimal enam bulan secara terus menerus.

Pasien akan mendapatkan obat dan diwajibkan kontrol sebelum obat benar-benar habis. Kontrol bulanan ini penting untuk mengingatkan agar pasien tidak lalai meminum obatnya sesuai aturan. Selain itu kontrol juga penting untuk konsultasi apabila pasien mengalami efek samping minum obat.

Pengobatan TB terkadang menimbulkan efek samping pada beberapa penderita penyakit TB. Sebagian pasien merasakan mual, muntah, pusing, vertigo atau pegal dengan tingkatan yang berbeda.
Namun penderita TB tidak perlu kuatir dan jangan sekali-kali mencoba menghentikan program pengobatan. Cara terbaik adalah dengan mengkonsultasikan dengan dokter spesialis paru-paru anda mengenai efek samping yang anda rasakan.

Pada 2-3 bulan pertama (Fase Intensif) pasien akan mendapatkan obat Rifamphisin, Isoniazid (INH), Pirazinamid dan Ethambutol.

Empat macam obat tersebut sudah dikemas dalam bentuk  Fix Dose Combination (FDC). Obat itu diminum sekali setiap hari tanpa berhenti selama dua bulan. Jumlah disesuaikan dengan berat badan penderita TB.

Perlu diketahui, dari pemeriksaan dokter akan menentukan apakah pengobatan tahap awal cukup dilakukan 2 bulan saja atau perlu ditambah menjadi 3 bulan. Bila setelah menjalani fase intensif, dari pemeriksaan dahak masih positif, maka fase intensif dapat ditambah selama sebulan lagi. Baru kemudian dokter memutuskan kapan pengobatan lanjutan 4 bulan diberikan.

Kemudian bulan berikutnya (Fase Lanjutan) ada dua macam obat yaitu Rifamphisin dan Isoniazid (INH), dalam bentuk  FDC diminum tiga kali dalam seminggu selama empat bulan tanpa boleh berhenti dan harus tetap/ konsisten waktu meminumnya.

Tentu saja dokter, perawat, atau petugas Puskesmas akan memberikan penjelasan tentang aturan pakai Obat Anti TB (OAT) tersebut.

Penyembuhan pasien TB tidak hanya difokuskan pada minum obat semata, tetapi juga support kesehatan pada tubuh agar maksimal dalam melawan penyakit. Bentuk support tersebut antara lain dengan memperhatikan makanannya; diusahakan agar selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi,  istirahat yang cukup dan berolahraga. Yang tidak kalah penting adalah menjaga kebersihan tubuh, memperhatikan sanitasi lingkungan, tidak merokok dan berjemur di bawah sinar matahari di pagi hari. Karena bakteri TB dapat mati dengan terkena sinar matahari.

Untuk menghindari penularan penyakit, penderita harus mengenakan masker. Jadi jika bersin dan atau batuk harus ditutup. Penderita juga dilarang membuang ludah atau dahak sembarangan karena kuman TB dapat menyebar melalui udara.
  

KESEMBUHAN PENDERITA TB
Keampuhan Obat Anti TB (OAT) akan terlihat dari perbaikan kondisi pasien pada minggu ke 3-4 dari awal pengobatan.

Jika awalnya pasien dewasa mengalami batuk-batuk yang sering siang-malam, maka akan berangsur-angsur berkurang frekuensinya. Biasanya batuk masih akan datang malam hari saja saat suhu udara dingin, dan lama kelamaan akan menghilang sama sekali.
Demam yang sering dirasakan pasien TB pun berangsur-angsur akan hilang.
Nafsu makan pasien TB juga akan mulai membaik. Diiringi dengan asupan nutrisi yang efektif untuk tubuh karena tidak lagi terambil porsinya untuk energi melawan penyakit.
Tak heran apabila berat badan pasien cenderung meningkat, tubuh pasien yang awalnya sangat kurus berangsur berisi.

Seiring hilangnya batuk, demam dan meningkatnya berat badan, tubuh pasien TB yang tadinya merasa lesu dan loyo, setelah pengobatan akan terasa lebih segar. Yang tadinya tidak sanggup berjalan, jadi punya energi lebih dan bisa berjalan kembali.

Hal ini pernah dialami ayah saya yang pernah menderita TB. Beliau awalnya sering batuk, sesak nafas, kurus bahkan sampai tidak bisa bangkit dari tempat tidurnya. Namun lama kelamaan sudah bisa duduk, berdiri dan kemudian berjalan-jalan. Nafsu makan kembali sehingga tubuh tidak sekurus saat awal-awal terserang TB atau awal-awal proses program pengobatan TB-nya berjalan.

Jadi yang sangat diperlukan adalah keinginan untuk sembuh dari penderita TB, kesabaran dari penderita TB juga Pengawas Minum Obat (PMO), keluarga atau kerabat dekat yang ikut merawat. Karena proses penyembuhan penderita TB tidaklah sebentar dan benar-benar harus diawasi serta diberikan dukungan.

Harus tetap diingat bahwa tanda-tanda perbaikan kondisi pasien TB belum tentu menjadi jaminan baksil TB sudah terbasmi tuntas. Karena itu pengobatan tidak boleh terhenti sebelum dokter menyatakan sembuh walaupun pasien terlihat membaik. Pengobatan TB memang memerlukan waktu yang lebih lama dibanding penyakit lain.

Seringkali pasien yang berobat merasa sudah menjadi lebih baik dengan hilangnya gejala batuk, demam, berat badan turun dan lesu. Hal ini membuat pasien mengira dirinya sudah sembuh dan lantas berhenti berobat. Padahal berhenti di tengah masa pengobatan bisa mengakibatkan TB MDR (Multi Drug Resistant) atau penyakit menjadi kebal dan sulit diobati.

Untuk kasus baru TB Premier (pertama kali terkena TB) minimal harus berobat secara teratur selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pngobatan atau lebih dokter akan memeriksa kembali dahak (sputum) selama 3 kali untuk melihat apakah masih terdapat kuman TB.
Selain itu juga dilakukan pemeriksaan foto Rontgen dada, untuk dijadikan perbandingan dari masa awal pengobatan TB. Kedua hal ini akan menjadi pertimbangan utama bagi dokter. Jika hasil tes dahak dinyatakan negatif dan foto rontgen menunjukkan hasil sama atau berkurang maka pasien dinyatakan sembuh.

Flek bekas TB di paru-paru tidak bisa dihilangkan. Bekas di paru timbul akibat penyembuhan jaringan paru yang terinfeksi sehingga menimbulkan bekas parut di paru yang tampak saat di rontgen. Hasil inilah yang membuat dokter yakin pasien sudah sembuh. Pasien dinyatakan sembuh dari TB Primer harus tetap mewaspadai bahwa TB pada pasien tersebut dapat kambuh lagi sewaktu-waktu apabila kembali tertular.


KEKAMBUHAN PENDERITA TB
Gagalnya pengobatan TB dapat disebabkan karena beberapa hal, diantaranya:
1. Sulitnya penderita TB menjangkau fasilitas kesehatan
2. Tingkat ekonomi penderita yang rendah menyebabkan kebersihan, kesehatan, dan gizi terkadang bukan menjadi prioritas utama
3. Kurangnya petugas kesehatan
4. Anggapan harga obat yang mahal
5. Kurangnya motivasi untuk berobat karena prosedur yang berbelit

Jika pengobatan TB terhenti atau tak tuntas maka kuman tak akan mati. Untuk pengobatannya butuh waktu yang lebih lama. Pada penderita TB yang resisten obat, bahkan dia harus menjalani suntik dan minum obat dalam waktu dua tahun.

Pakar TB, Dr Arifin Nawas, Sp.P Mars mengatakan bahwa rata-rata pasien yang telah sembuh setelah setahun yang kambuh lagi sekitar lima persenan.
Beliau mengatakan penyakit TB dapat kambuh lagi karena beberapa kemungkinan. Apabila penderita kembali menjalani pola hidup tidak sehat, seperti begadang, merokok, makan tidak bergizi dan sebagainya yang berpotensi melemahkan daya tahan tubuh dan membangunkan kembali kuman yang tidur di dalam tubuh.
Karena kuman yang tadinya dorman (tidak aktif) yang belum mati di tubuh kembali aktif akibat pengobatan yang kurang kuat atau saat imunitas tubuh melemah sehingga kembali terkena penyakit TB. Bisa juga karena reinfeksi, yaitu penderita terinfeksi ulang atau tertular lagi dari luar (dari orang lain) saat kekebalan tubuh sedang menurun.

Untuk menghindari hal tersebut terulang kembali, sebaiknya pasien tetap mengkonsumsi Obat Anti TB selama sekitar 1 bulan setelah hasil rontgen menyatakan paru-paru bersih dari bakteri Mycobacterium penyebab TB.

Penurunan berat badan bisa mengindikasikan adanya penyakit yang masih menyerang tubuh anda. Untuk lebih amannya lebih baik melakukan general check up secara rutin.


KASUS MENINGGAL AKIBAT TB
Penyakit  TB sering luput dari perhatian publik. Padahal, penyakit ini termasuk penyebab kematian kedua terbanyak. Setiap jamnya diperkirakan 175 orang meninggal akibat TB.

Dr. Arifin Nawas, Sp.P mengingatkan jika penyakit ini tak diobati maka 50% penderita akan meninggal dalam lima tahun. Dia mengatakan saat ini 95% TB menyerang paru-paru. Sisanya merupakan TB extra paru dan biasanya menyerang kelenjar di leher. Karena itu harus diwaspadai juga adanya penyakit lainnya dari kelenjar ini.

Arifin Panigoro, Ketua Forum Stop TB Partnership menuturkan bahwa TB adalah penyakit yang paling mematikan setelah stroke, dan jantung. Tiap tahun 65 ribu orang meninggal karena TB, tertinggi setelah China, India dan Afrika selatan.

 
KONTRIBUSI KITA UNTUK MELAWAN TB
Lalu kemudian pertanyaan yang muncul di benak kita sekarang adalah kontribusi apa yang bisa kita lakukan untuk turut serta berpartisipasi dalam upaya mencegah dan melawan TB?

Bekerjasama akan mempermudah penemuan kasus TB.
Berikut cara-cara yang dapat kita lakukan untuk ikut melawan penyakit TB:
1.    Mengaktifkan komunitas TB
2.    Ikut ambil bagian sebagai PMO (Pengawas Minum Obat)
3.    Memberdayakan mantan pasien penderita TB
4.    Menjadi anggota masyarakat yang peduli TB  

Supaya penderita TB tidak merasa diasingkan; keluarga, kerabat, teman, petugas kesehatan dan orang-orang di sekitarnya, termasuk juga pemilik perusahaan tempat penderita TB bekerja, bisa menjadi support group bagi penderita TB.
Kehadiran support group ini sangat penting bagi penderita TB di manapun dia berada.

Yang bisa dilakukan oleh support group ini adalah:
1.    Memberikan semangat untuk melakukan pengobatan sampai tuntas
2.    Mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan
3.    Mengingatkan waktu minum obat
4.    Tidak menjauhi penderita TB sehingga dia tetap merasa berharga
5.    Memberikan pandangan pada penderita TB bahwa menjaga supaya penyakitnya tidak menular merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. 


UNTUK YANG BUKAN PENDERITA TB, BERIKUT AKSI NYATA YANG BISA DILAKUKAN

1. PENGAWAS MINUM OBAT (PMO)
Memotivasi para pasien TB supaya punya semangat juang untuk sembuh dengan membujuk dan membawa orang yang diduga terkena TB untuk memeriksakan diri, berobat dan disiplin minum obat serta menjadi PMO jika diperlukan.
    
2. SEARCHING & SHARING
Mencari pengetahuan mengenai TB kemudian berbagi pada orang lain melalui blog, social media, internet, surat kabar maupun media lain.
Bagi anda yang ingin ikut berpartisipasi melawan penyakit TB, silahkan share postingan blog saya ini di blog, G+, Twitter, Facebook, dan akun media sosial anda lainnya. Terima kasih.

3. BERSIMPATI DAN JANGAN DISKRIMINATIF
TB bisa menyerang siapa saja. Kita harus berpikir positif pada penderita TB dan mengabaikan stigma negatif, hindari sikap diskriminasi dan hargai orang lain.


KHUSUS BAGI ANDA PENGELOLA DAN PEMILIK PERUSAHAAN, UNTUK MELAWAN PENYAKIT TB ANDA DAPAT MELAKUKAN LANGKAH-LANGKAH INI
1.    Segera menemukan jika ada karyawan yang memiliki gejala TB
2.    Memiliki fasilitas kesehatan di perusahaan
3.    Memberikan cuti apabila karyawan butuh waktu untuk berobat
4.    Bila diketahui BTA positif diberikan pilihan cuti 2-4 minggu seperti anjuran WHO atau cuti sampai BTA negatif


SEDANGKAN UNTUK PENDERITA TB, INGAT DAN LAKUKANLAH SELALU POIN-POIN PENTING BERIKUT INI
1.    Patuh dan berkomitmen menyelesaikan program pengobatan TB sampai tuntas
2.    Berusaha untuk tidak menularkan TB pada orang lain
3.    Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar
4.    Menjaga asupan gizi untuk diri sendiri dan keluarga
5.    Melakukan pengecekan kesehatan sesuai dengan anjuran petugas kesehatan
6.    Banyak istirahat
7.    Cintai diri sendiri dan keluarga
8.    Berpikir positif dan selalu optimis
9.    Mencari dan bergabung dengan support grup
10. Bersabar dan doa


AGAR TB TIDAK MENULAR KE ORANG LAIN MAKA PENDERITA TB HARUS MELAKUKAN HAL-HAL BERIKUT
1.    Mengenakan masker
2.    Tidak membuang dahak sembarangan
3.    Menutup mulut jika batuk dan bersin (apabila sedang tidak mengenakan masker)
4.    Sering-sering mencuci tangan pada air mengalir sampai bersih, terutama setelah terkena dahak
5.    Mengganti masker jika diperlukan dan tidak meletakkannya di sembarang tempat

   
Penderita TB juga butuh bergaul supaya kehidupan sosialnya tetap berjalan normal.
Menjadi seorang penderita TB memang melelahkan. Selain berjuang menghadapi penyakit, juga terkadang mengalami keterasingan. Padahal, tak semua penderita TB akan menularkan kumannya. Yang menular hanya kuman TB yang berasal dari penderita TB dengan dahak BTA positif.

Menurut parenting.co.id, ketika seseorang menderita TB, sesudah 2 minggu menjalani pengobatan ia sudah tidak lagi menulari lingkungannya.

Menurut salah satu dokter spesialis anak seperti dikutip dari tempo.co, TB pada anak tidak menular, yang bahaya itu dari dewasa ke anak.

Meski demikian, sebagai langkah preventif, tetap saja seorang penderita TB harus menjaga supaya dahaknya tidak tersebar ke mana-mana. Karena seperti yang kita ketahui, dahak tersebut dapat menularkan kuman TB.





[Saya sampaikan terima kasih untuk stoptbndonesia.org, tbindonesia.or.id, yahoo.com, tempo.co, jpnn.com, bangka.tribunnews.com, parenting.co.id, fita-chakra.blogspot.com, asacinta.blogspot.com, dan Halo Dokter TVRI, di mana saya mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat ini]